diposkan pada : 24-06-2024 09:03:41 Menyusuri Jejak Sejarah: Jalan-Jalan di Surakarta Tempo Dulu

Surakarta, atau yang lebih dikenal dengan nama Solo, adalah kota yang kaya akan sejarah dan budaya. Pada masa lalu, kota ini merupakan pusat penting di Jawa Tengah, baik sebagai pusat pemerintahan maupun kebudayaan. Mengelilingi Surakarta pada tempo dulu memberikan gambaran tentang kehidupan di masa lalu, bangunan bersejarah, dan tradisi yang masih terjaga hingga kini. Mari kita telusuri beberapa tempat bersejarah yang menjadi saksi bisu perjalanan waktu di kota ini.

 1. Keraton Surakarta Hadiningrat
Keraton Surakarta Hadiningrat didirikan pada tahun 1745 oleh Susuhunan Pakubuwono II setelah perpindahan ibu kota kerajaan dari Kartasura. Keraton ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal keluarga kerajaan tetapi juga sebagai pusat pemerintahan dan budaya. Di masa lalu, keraton menjadi pusat kegiatan politik dan sosial, di mana upacara adat, tarian, dan pertunjukan musik sering diadakan. Saat ini, keraton masih berdiri megah dan menjadi salah satu tujuan wisata utama di Solo, menawarkan wawasan tentang sejarah dan budaya Jawa.

 2. Pasar Gede Hardjonagoro
Pasar Gede, yang dibangun pada tahun 1930-an, merupakan pasar tradisional terbesar di Solo. Pada masa kolonial Belanda, pasar ini menjadi pusat perdagangan dan aktivitas ekonomi yang ramai. Pasar Gede dirancang oleh arsitek Belanda, Thomas Karsten, dengan gaya arsitektur yang khas, menggabungkan elemen lokal dan kolonial. Di masa lalu, pasar ini tidak hanya menjadi tempat jual beli tetapi juga menjadi tempat berkumpulnya masyarakat, menciptakan suasana yang hidup dan dinamis.

 3. Stasiun Balapan
Stasiun Balapan adalah salah satu stasiun kereta api tertua di Indonesia, dibangun pada tahun 1873 oleh perusahaan kereta api Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS). Pada masa penjajahan Belanda, stasiun ini menjadi salah satu pusat transportasi penting yang menghubungkan Solo dengan kota-kota lain di Jawa. Stasiun Balapan memainkan peran vital dalam mobilitas masyarakat dan perdagangan pada masa itu. Hingga kini, stasiun ini masih beroperasi dan menjadi saksi bisu perjalanan sejarah transportasi di Solo.

 4. Loji Gandrung
Loji Gandrung adalah bangunan peninggalan kolonial Belanda yang dibangun pada akhir abad ke-19. Pada masa lalu, bangunan ini digunakan sebagai rumah tinggal pejabat tinggi Belanda dan tempat resepsi sosial. Loji Gandrung memiliki arsitektur yang elegan dengan gaya Eropa klasik. Kini, bangunan ini menjadi kediaman resmi Walikota Surakarta dan masih digunakan untuk acara-acara resmi dan seremonial.

 5. Kawasan Kauman
Kauman adalah salah satu kawasan tertua di Solo, dikenal sebagai pusat kegiatan agama dan pendidikan Islam pada masa lalu. Kawasan ini dihuni oleh para ulama dan santri, serta menjadi tempat berdirinya Masjid Agung Surakarta yang dibangun pada tahun 1763. Pada masa lalu, Kauman menjadi pusat pengajaran agama dan ilmu pengetahuan, serta tempat berlangsungnya berbagai kegiatan keagamaan dan sosial. Hingga kini, Kauman masih mempertahankan suasana tradisional dengan bangunan-bangunan bersejarahnya.

 6. Benteng Vastenburg
Benteng Vastenburg dibangun pada tahun 1745 oleh Gubernur Jenderal Belanda, Baron van Imhoff, sebagai pusat pertahanan militer. Benteng ini berfungsi sebagai markas militer dan tempat perlindungan bagi tentara Belanda pada masa kolonial. Pada masa lalu, benteng ini menjadi saksi berbagai peristiwa penting, termasuk perlawanan rakyat terhadap penjajahan. Meskipun sebagian besar benteng kini telah berubah fungsi, sisa-sisa bangunan masih dapat ditemukan dan menjadi bagian dari sejarah kota Solo.

 7. Laweyan
Laweyan adalah salah satu kawasan bersejarah di Solo yang terkenal dengan industri batiknya. Pada masa lalu, Laweyan adalah pusat produksi dan perdagangan batik yang terkenal hingga ke mancanegara. Kawasan ini dihuni oleh para saudagar batik yang kaya, yang membangun rumah-rumah besar dengan arsitektur khas. Hingga kini, Laweyan masih mempertahankan tradisi batiknya dan menjadi tujuan wisata yang menarik bagi pecinta batik dan sejarah.

Mengelilingi Surakarta tempo dulu memberikan gambaran yang jelas tentang kehidupan, budaya, dan sejarah yang kaya di kota ini. Dari keraton yang megah hingga pasar tradisional yang ramai, setiap sudut kota menyimpan cerita dan kenangan dari masa lalu. Bagi mereka yang tertarik dengan sejarah dan budaya, perjalanan ini adalah kesempatan untuk menyelami jejak-jejak masa lampau dan memahami bagaimana Surakarta telah berkembang menjadi kota yang penuh pesona seperti sekarang.

baca juga :  mafaza.biz.id